DEMO 4 SEPTEMBER 2025 DI
INDONESIA
Unjuk rasa pada 4 September 2025
merupakan kelanjutan dari gelombang protes yang dimulai sejak akhir Agustus
2025. Aksi ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di berbagai daerah
lain di Indonesia, bahkan di luar negeri. Berbagai kelompok masyarakat, mulai
dari aktivis, mahasiswa, hingga buruh, turut berpartisipasi dengan tuntutan
yang beragam.
Poin-poin Penting Seputar Aksi
Demo 4 September 2025
1. Tuntutan dan Lokasi Aksi di
Jakarta
Demo di Jakarta terpusat di
beberapa lokasi utama, di antaranya adalah:
·
Gedung DPR/MPR RI: Kelompok "Kolektif 17+8
Indonesia Berbenah" dan beberapa aktivis lain dijadwalkan menyerahkan
secara simbolis 17+8 Tuntutan Rakyat. Tuntutan ini mencakup berbagai isu, mulai
dari transparansi anggaran DPR, reformasi kebijakan ekonomi, hingga penghentian
kekerasan oleh aparat.
·
Istana Presiden: Aksi Kamisan juga digelar di
depan Istana Negara. Aksi ini didedikasikan untuk mengenang para korban yang
jatuh selama demonstrasi sebelumnya, termasuk Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang meninggal dalam insiden tragis.
·
Monumen Nasional (Monas): Kelompok buruh yang tergabung
dalam "Gerakan Buruh Bersama Rakyat" (Gebrak) menggelar aksi di
sekitar Patung Kuda Monas. Mereka membawa 14 tuntutan, dengan fokus utama pada
penghentian represivitas aparat dan perbaikan kondisi ekonomi.
2. Keterlibatan Berbagai
Kelompok
Aksi ini tidak hanya melibatkan
mahasiswa dan buruh, tetapi juga aktivis dan seniman. Beberapa nama aktivis
terkemuka yang terlibat adalah Abigail Limuria dan Jovial da Lopez, menunjukkan
bahwa protes ini didukung oleh berbagai lapisan masyarakat.
Meskipun demikian, ada beberapa
kelompok yang menyatakan tidak berpartisipasi, seperti Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia yang mengklarifikasi bahwa mereka tidak
mengadakan aksi pada hari itu.
3. Reaksi dan Pengamanan
Untuk mengamankan aksi,
Kepolisian mengerahkan ribuan personel gabungan di berbagai titik di Jakarta.
Rekayasa lalu lintas juga diberlakukan untuk mengantisipasi kemacetan, termasuk
penerapan sistem ganjil genap di beberapa ruas jalan.
Berbagai media, baik nasional
maupun internasional, menyoroti aksi ini sebagai bentuk protes damai yang
menuntut keadilan dan transparansi dari pemerintah. Kampus-kampus di beberapa
daerah, seperti di Surabaya, bahkan memutuskan untuk mengalihkan perkuliahan
menjadi daring demi menjaga keamanan mahasiswa.
0 comments:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA