Penerapan "deep learning" dalam konteks Kurikulum Merdeka adalah sebuah pendekatan pembelajaran, bukan kurikulum baru. Istilah ini merujuk pada "pembelajaran mendalam," yang berfokus pada pemahaman konsep secara holistik dan bermakna, alih-alih sekadar menghafal fakta.
Konsep Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
Pembelajaran mendalam adalah metode yang bertujuan untuk membantu siswa memahami "mengapa" dan "bagaimana" suatu konsep bekerja, serta menghubungkannya dengan pengetahuan lain dan kehidupan nyata. Ini sejalan dengan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka yang menekankan pada fleksibilitas, otonomi guru, dan pengembangan karakter siswa.
Ada tiga pilar utama dalam pendekatan ini:
Mindful Learning: Melibatkan siswa dalam proses belajar secara sadar. Mereka diajak untuk merenungkan apa yang sedang dipelajari, mengapa mereka mempelajarinya, dan bagaimana cara terbaik untuk menguasainya. Ini membantu meningkatkan kesadaran diri dan kemandirian siswa.
Meaningful Learning: Menghubungkan materi pembelajaran dengan konteks yang relevan dan bermakna bagi siswa. Guru diharapkan tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga menunjukkan aplikasi konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti kegunaan matematika dalam mengelola keuangan.
Joyful Learning: Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan positif. Pembelajaran dilakukan melalui metode yang menarik, seperti proyek kolaboratif, eksperimen, dan penggunaan teknologi. Ini memicu rasa ingin tahu dan motivasi intrinsik siswa.
Sinergi Kurikulum Merdeka dan Pembelajaran Mendalam
Kurikulum Merdeka dan pendekatan pembelajaran mendalam saling melengkapi. Keduanya berpusat pada siswa dan berorientasi pada pengembangan kompetensi abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, dan literasi digital.
Penerapan ini dapat diwujudkan melalui:
Pembelajaran Berbasis Proyek (P5): Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah contoh nyata. Dalam kegiatan ini, siswa diberikan masalah nyata untuk dipecahkan, mendorong mereka untuk berpikir mendalam dan bekerja sama.
Pembelajaran yang Dipersonalisasi: Guru menggunakan data tentang preferensi dan perkembangan siswa untuk menyesuaikan materi dan metode pengajaran, menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal.
Integrasi Teknologi: Penggunaan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan analisis data pendidikan, dapat mendukung guru dalam mengidentifikasi tren belajar dan memberikan umpan balik yang lebih terperinci.
Pendekatan ini bukan tentang mengganti Kurikulum Merdeka, tetapi tentang memperkaya dan mendalaminya. Dengan demikian, siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga benar-benar memahami dan mampu menerapkan ilmunya untuk menghadapi tantangan masa depan.
0 comments:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA